Akhlak mulia adalah akhlak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuanan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Akhlak tercela ialah yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah dan rasul-Nya.
Empat sendi akhlak batin yang mulia menurut Imam al-Ghazali antara lain :
1) Ilmu yang berwujud hikmah, yaitu kebijaksanaan yang artinya adalah keadaan jiwa yang bisa menentukan antara hal-hal yang benar dan hal-hal yang salah.
2) Amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.
3) Nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu keadaan syahwat yang terdidik oleh akal.
4) Keseimbangan antara ilmu, amarah, dan nafsu yang wujudnya adalah adil, yakni kekuatan jiwa yang menuntun amarah dan keinginan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah (kebaikan dan kebijaksanaan).
Dari empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang baik, yaitu jujur, suka memberi kepada sesama, tawadu, tabah, tinggi cita-cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, menghormati orang lain, qona’ah, sabar, malu, pemurah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram.
Empat sendi akhlak batin yang tercela menurut Imam al-Ghazali antara lain :
1) Keji, pintar busuk, bodoh, yaitu keadaan jiwa yang terlalu pintar atau tidak menentukan yang benar diantara yang salah karena bodohnya.
2) Berani tapi sembrono, penakut, dan lemah, yaitu kekuatan amarah yang tidak bisa dikekang atau tidak pernah dilakukan, sekalipun sesuai dengan kehendak akal.
3) Rakus dan statis, yaitu keadaan syahwat yang tidak terdidik oleh akal dan syariat agama, berarti ia bisa berlebihan atau sama sekali tidak berfungsi.
4) Aniaya, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing oleh hikmah.
Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan tercela yang dikendalikan oleh hawa nafsu seperti sombong, riya, mencaci maki, khianat, dusta, dengki, keji, serakah, ujub, pemarah, malas, mmembukakan aib, kikir, dll. yang kesemuanya akan mendatangkan malapetaka baik bagi pribadi maupun bagi masyarakat.
Empat sendi akhlak batin yang mulia menurut Imam al-Ghazali antara lain :
1) Ilmu yang berwujud hikmah, yaitu kebijaksanaan yang artinya adalah keadaan jiwa yang bisa menentukan antara hal-hal yang benar dan hal-hal yang salah.
2) Amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.
3) Nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu keadaan syahwat yang terdidik oleh akal.
4) Keseimbangan antara ilmu, amarah, dan nafsu yang wujudnya adalah adil, yakni kekuatan jiwa yang menuntun amarah dan keinginan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah (kebaikan dan kebijaksanaan).
Dari empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang baik, yaitu jujur, suka memberi kepada sesama, tawadu, tabah, tinggi cita-cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, menghormati orang lain, qona’ah, sabar, malu, pemurah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram.
Empat sendi akhlak batin yang tercela menurut Imam al-Ghazali antara lain :
1) Keji, pintar busuk, bodoh, yaitu keadaan jiwa yang terlalu pintar atau tidak menentukan yang benar diantara yang salah karena bodohnya.
2) Berani tapi sembrono, penakut, dan lemah, yaitu kekuatan amarah yang tidak bisa dikekang atau tidak pernah dilakukan, sekalipun sesuai dengan kehendak akal.
3) Rakus dan statis, yaitu keadaan syahwat yang tidak terdidik oleh akal dan syariat agama, berarti ia bisa berlebihan atau sama sekali tidak berfungsi.
4) Aniaya, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing oleh hikmah.
Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan tercela yang dikendalikan oleh hawa nafsu seperti sombong, riya, mencaci maki, khianat, dusta, dengki, keji, serakah, ujub, pemarah, malas, mmembukakan aib, kikir, dll. yang kesemuanya akan mendatangkan malapetaka baik bagi pribadi maupun bagi masyarakat.